Suatu hari seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor kedelai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan mencemooh. "Lihatlah orang bodoh itu, mengapa tak mereka naiki saja keledainya ?"
Laki-laki tersebut mendengar cemooh itu dan meminta anaknya untuk menaiki keledai sementara ia berjalan disampingnya. Seorang wanita tua melihat mereka dan berkata, "sudah terbalik dunia ini! sungguh anak durhaka! ia enak-enak saja duduk diatas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan."
Jadi kali ini, anak itu turun dari keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka
berpapasan dengan seorang pemuda yang ingin ke desa. "Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai ini bersama-sama?"
Mereka menuruti nasehat pemuda ini dan bersama-sama menunggangi keledai mereka. Tak lama kemudian mereka bertemu dengan sekelompok orang. Mereka berkata"Binatang malang. Ia harus menanggung beban dua orang gendut tak berperasaan ini!"
Sampai saat ini, ayah dan anak itu jadi muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu untuk membungkam mulut semua orang. Kejadian ini malah membuat orang tertawa terpingkal-pingkal dan menyoraki, "lihat! Manusia keledai memanggul keledai!"
Tentu saja sang keledai sebenarnya tidak ingin dipanggul seperti itu. Ketika berada di tepi sungai, ia meronta membebaskan diri. Akhirnya, laki-laki itu, anaknya dan keledai semuanya tercebur ke dalam sungai.
Jika Anda berusaha menyenangkan semua orang, pada akhirnya Anda tak akan menyenangkan siapa pun dan hanya menyebabkan Anda mendapatkan kesulitan.
Hal yang ingin saya bagikan melalui cerita ini adalah bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang meskipun kita telah merasa bertidak sangat adil dan bijaksana. Misalkan Ketika Anda diminta untuk memutuskan sesuatu yang penting dalam sebuah perusahaan Anda cuma perlul melakukannya dengan realistis. Janganlah terpengaruh untuk selalu menyenangkan semua pihak yang bersangkutan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah memberikan keputusan yang terbaik demi perusahaan Anda, ingatlah Anda tidak dapat menyenangkan semua pihak.
untuk lebih memahaminya saya akan memberikan sebuah contoh kasus kepada pembaca sekalian.
Saya punya sebuah pengalaman dimana kami sedang mengerjakan tugas kelompok. Kami terdiri dari 5 orang, waktu itu sayalah yang bertindak sebagai ketua kelompoknya sehingga membuat saya memiliki wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberhasilan tugas kami. Setelah terjadi diskusi yang alot untuk memutuskan topik apa yang akan kami angkat untuk tugas dengan tema Cinta Tanah air. Saya mengusulkan untuk mengangkat "Mencintai bangsa dengan melestarikan budaya bangsa yang begitu kaya", sedangkan salah satu temanku yang bernama mike(disamarkan) malah menginginkan untuk mengangkat "menghargai jasa para pahlawan".
Setelah bertanya dengan teman-teman yang lain ternyata tiga orang yang tersisa malah lebih tertarik dan berminat untuk mengangkat topik yang saya ajukan tetapi hal ini tetap tidak dapat diterima oleh mike. Ia tetap bersikeras agar kami membawakan topiknya.
Akhirnya kami memutuskan untuk membandingkan topik manakah yang lebih mudah dalam hal mengumpulkan sumber-sumber ceritanya dan ternyata topikku lah yang lebih mudah didapatkan. Walaupun temanku begitu (baca:sebal) dan memutuskan untuk pulang serta ingin melanjutkan materinya seorang diri. Saya sungguh merasa bersalah namun karena tugas tetap harus dikumpul dan saya merasa bertanggung jawab terhadap teman kelompok saya yang lain topik tersebut tetap kuselesaikan. Pada hari pengembalian hasil tugas kelompok, topik kamilah yang mendapatkan nilai tertinggi.
sumber foto: forum.wgaul.com
No comments:
Post a Comment