Saturday, September 5, 2009

Bersikap tenang

Andi hari ini begitu terprovokasi dan marah saat melihat berita di televisi bahwa negara tetangga Malaysia telah mengklaim bahwa tari pendet asal Bali merupakan budaya negerinya dan memasarkannya dalam promo iklan pariwisata negara jiran itu. Bukan main emosinya Andi hingga negara Malaysia pun dihujaninya dengan caci maki. "Apa-apaan ini, Dasar tidak tahu malu. Taunya cuma mengcopi budaya orang, sekalian saja kalian klaim Jakarta sebagai punya kalian". Darahnya menjadi panas akibat berita tersebut.

Haruskah kita ikut bersikap seperti itu ketika menghadapi persoalan serupa? Apakah Anda mendapat manfaat dengan ikut terprovokasi? Adakah manfaat bagi Indonesia dengan kemarahan Anda yang Anda wujudkan dengan cara seperti yang Andi lakukan. Hidup ini memang penuh dengan problem-problem yang beraneka ragam. Jika Anda ingin membuktikan maka cobalah Anda lihat berita
di Tv setiap hari. Bukankah Anda akan menjumpai problem tentang ini dan itu yang tak ada habisnya. Itulah alasan mengapa kita perlu bersikap tenang dalam menjalani hidup ini.

Bersikap tenang adalah berusaha melihat sesuatu atau memahami sesuatu (act) dan bertindak (re-act) dengan cara yang lebih bijaksana. Tenang berarti memberi waktu kepada diri untuk berpikir sembari merenung tentang dampak atau manfaat yang didapatkan bila memberi umpan balik dengan cara-cara tertentu. Sering terjadi kebingungan publik apakah tidak terlalu terlambat jika seseorang bersikap tenang? Bersikap tenang berbeda dengan menunggu. Menunggu berarti diam dan tidak bertindak(pasif) namun berbeda halnya dengan bersikap tenang. Diam dan mempersiapkan solusi penyelesaian adalah ciri-ciri dari bersikap tenang atau boleh dibilang bersikap tenang adalah mundur dan mengambil ancang-ancang untuk membuat loncatan yang lebih tinggi.

Saya benar-benar prihatin melihat bangsa kita yang amat terprovokasi akan berita klaim budaya oleh Malaysia serta isu lagu Indonesia Raya yang diplesetkan oleh pihak yang tidak bermoral/beretika. Haruskah kita begitu mudah masuk dalam perangkap emosi yang tidak memberikan apa-apa ini. Bangsa Indonesia sebagai bangsa besar seharusnya dapat bersifat tenang menghadapi provokasi ini. Langkah emas yang harus kita ambil adalah membuktikan bahwa kita adalah bangsa besar yang tidak menyelesaikan permasalahan dengan balas dendam. Jika anak bangsa ini malah ikut-ikutan demo, menghina atau membakar bendera Malaysia sebagai tanda kemarahan mereka, maka Saya akan bertanya, " Apakah kita tidak sama saja dengan Negara tetangga kita?" Dengan tindakan-tindakan tersebut kita telah menjadi seperti mereka.

Setiap problem harus disikapi dengan tenang. Masalah yang kita ulas ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan jalur diplomasi politik, atau cara efektif ang damai lainnya. Kita harus tetap dapat menjaga stabilitas negara tercinta ini karena saat ini perekonomian kita sedang berada pada saat-saat keemasannya. Janganlah kita terpancing cara licik pihak lain yang merasa iri terhadap pertumbuhan negeri ini, sebab Indonesia adalah macan Asia yang sedang menunggu saatnya untuk mengaum Asia dan Dunia lagi.

sumber foto: http://www.flickr.com/photos/memet

3 comments:

  1. trims y dah berkunjung ke blog aku. Saya juga sangat setuju dengan pemikiran Anda. Kisruh antara Indonesia dan Malaysia perlu kita sikapi secara bijak degan tidak terbawa emosi. Love INDONESIA so much

    ReplyDelete
  2. Hi,

    Boleh komen yah,
    sebenarnya masalah ini sih sudahdari dulu, dan rasa2 nya memenag ada yang ingin memanfaatkan situasi seperti ini agar indoensia semakin kacau. Saya sangat setuju bila kita semua tetap tenang, dapi pada pusing , mendingan kita bangun negara ini jadi lebih baik. Dan kita sah2 saja membela hak bangsa kita, tapi dengan cara yang lebih diplomatis dan smart.

    ReplyDelete
  3. trims bgt y untuk kunjungan dan komentarnya. Ya apa yang Anda katakan memang sangat benar dan menjadi prioritas bagi kita Para Pemuda-Pemudi Indonesia yang merupakan generasi yang harus terus berjuang untuk memajukan bangsa kita. Maju terus Indonesia

    ReplyDelete